CARI PTK DISINI

Senin, 31 Oktober 2011

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKALIAN CARA SUSUN PADA SISWA KELAS IV SDN DENGAN METODE DEMONTRASI ( PTK 119 )

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKALIAN CARA SUSUN PADA SISWA KELAS IV SDN DENGAN METODE DEMONTRASI ( PTK 119 )

Masalah rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan masyarakat. Hal ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya mutu guru. Orangtua melihat sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab mutu guru yang rendah menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar guru dianggap mutunya rendah. Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dan juga bukan soal dana.
Meskipun Amerika Serikat (AS) membelanjakan sekitar separuh dari pendapatannya untuk pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah dari Jepang dan Jerman yang mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan pendidikan, AS cenderung untuk membelanjakan sebagian besar uang untuk sarana dan administrasi, sementara untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya Jepang dan Jerman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru, sementara bangunan/sarana dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak sementereng AS. Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana kebutuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif terpenuhi, nampak bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan (gaji) guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana.
Di negara kita memang agak lain persoalannya, banyak sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belum terpenuhi Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak pada masih rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai pada proses pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas-bawah (vertikal) maupun hubungan antarinstansi satu dengan lainnya (horizontal).

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK



PENGGUNAAN MODIFIKASI PERMAINAN DAKON UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN MENGHITUNG DALAM OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT PADA ANAK TUNANETRA KELAS IV DI

PENGGUNAAN MODIFIKASI PERMAINAN DAKON UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN MENGHITUNG DALAM OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT PADA ANAK TUNANETRA KELAS IV DI SLBN ( PTK 167 )

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kecepatan menghitung serta meningkatkan hasil pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat pada anak tunanetra kelas IV di SLB Negeri Gedangan Sidoarjo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bersifat kolaborasi. Jumlah siswa yang dijadikan subyek penelitian 4 siswa tunanetra.

Tulisan ini bertolak dari instropeksi yang penulis lakukan setelah pembelajaran siswa pada materi tentang bilangan bulat dengan indikator melakukan operasi hitung penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan garis bilangan. Setelah para siswa belajar sesuai dengan alokasi waktu yang ada, ternyata hasil penilaiannya kurang memuaskan. Hal ini penulis ketahui setelah mengadakan analisis hasil ulangan. Penulis menduga bahwa penggunaan garis bilangan pada operasi penjumlahan bilangan bulat membuat siswa jenuh dan pembelajaran kurang menarik. Dari intropeksi diatas, maka penulis menciptakan alat atau media yang diharapkan membuat siswa lebih mudah memahami materi, aktif, kreatif, afektif dan menyenangkan yaitu modifikasi permainan dakon dan cara penggunaannya untuk meningkatkan kecepatan menghitung dalam operasi penjumlahan bilangan bulat pada anak tunanetra kelas IV.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penelitian tindakan kelas dan modifikasi permainan dakon dapat meningkatkan kecepatan menghitung dalam operasi penjumlahan bilangan bulat, serta dapat meningkatkan hasil pembelajaran (Mencapai hasil belajar tuntas).

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

PENGGUNAAN CELEMEK CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TK KELOMPOK A (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI TK ( PTK 166 )

PENGGUNAAN CELEMEK CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TK KELOMPOK A (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI TK ( PTK 166 )

Penggunaan celemek cerita untuk meningkatkan kemandirian anak adalah suatu usaha agar kegiatan pembelajaran di TK tidak monoton, membosankan, dan menjenuhkan. Dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran masih sangat tekstual, sehingga bentuk-bentuk analogi yang harus di kembangkan secara kontekstual masih terkesan staknasi. Akibat dari pembelajaran seperti itu, untuk mendongkrak agar anak bisa lebih mandiri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain akan terhambat.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pembelajaran bercerita dengan alat peraga celemek cerita di TK Aisyiyah Bustanul Athfal I Pucangonom – Sidoarjo. 2) Untuk mengetahui kemandirian anak TK kelompok A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal I Pucanganom – Sidoarjo. 3) Untuk mengetahu sejauh mana metode bercerita dengan alat peraga celemek cerita dalam meningkatkan kemandirian anak TK kelompo A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal I Pucanganom – Sidoarjo.

Adapun pendekatan metode penelitain ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian ini l;ebih mengutamakan deskriptif analitik untuk memcahkan konsep-konsep di dalamnya, bukan mengunakan konsep-konsep numeric statistik.

Dalam pelaksanaannya penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I memberikan pengajaran secara umum dan siklus II berkenaan dengan perumusan materi pembelajaran.

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajarn bercerita dengan menggunakan alat peraga celemek cerita yang di lakukan di TK kelomok A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal I Pucanganom – Sidoarjo dalam rangka untuk meningkatkan kemandirian anak adalah suatu pilihan yang tepat dan cermat. Hal ini dapat dilihat dari paparan data perkembangan dari siklus I ke siklus berikutnya yang terdapat perkembangan secara signifikan. Dapat dilihat dengan jelas dari kemandirian anak yang mula-mula hanyamencapai 5% dengan penggunaan metode tepat dan cermat akhirnya merubah menjadi 100%

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK


PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA TK DALAM PEMBELAJARAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PENERAPAN MEDIA GAMBAR (PTK 165 )

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA TK DALAM PEMBELAJARAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PENERAPAN MEDIA GAMBAR (PTK 165 )

Pembelajaran kemampuan berbahasa di TK semestinya ditekankan pada suasana pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan menyenangkan, sementara itu yang terjadi di TK tidak jarang aktivitas pembelajaran masih mengadopsi pola-pola lama pembelajaran di sekolah-sekolah dasar. Siswa cenderung pasif. Untuk itu perlu adanya perubahan ke arah pembelajaran yang memberikan kesempatan atau peluang kepada siswa untuk lebih aktif, berminat dan menyenangkan. Cara tersebut di tempuh dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

Penelitian ini bertujuan menggambarkan pembelajaran membaca permulaan dengan media gambar secara klasikal maupun secara kelompok dan dalam proses terjadi peningkatan kemampuan membaca siswa. Untuk mencapai tujuan itu dilakukan penelitian tindakan kelas, peneliti dibantu guru kelompok B dan 23 siswa TK Negeri Pembina Kecamatan Sedati. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode kualitatif, pengamatan / observasi dan dibantu alat perekam berupa kamera dan handycam. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus tindakan. Siklus pertama di titik beratkan pada peningkatan partisipasi dan kemampuan membaca dalam permainan mencocokkan kartu kata dengan gambar dan siklus kedua pada peningkatan membaca. Setiap siklus terdiri atas tahapan : persiapan, tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran membaca permulaan dengan media gambar secara klasikal siswa yang pemalu cenderung pasif sehingga ketika guru memberi tugas siswa untuk mencocok kartu kata dengan gambar siswa tidak mau dan perhatian sebagian siswa kurang terfokus dalam pembelajaran ini dan kemampuan membacanya masih didominasi oleh siswa-siswa yang aktif. Dengan pembelajaran kemampuan membaca dengan media gambar secara kelompok siswa diajak untuk melakuakn permainan mencocokkan kartu kata dengan gambar dengan teman sendiri dan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Kreativitas siswa, rasa malu siswa dapat diatasi dan kemampuan membaca siswa meningkat serta suasana pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONFERENCE WRITING ( PTK 164 )

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONFERENCE WRITING ( PTK 164 )

Pembelajaran menulis cerpen terdapat dalam pembelajaran kelas VII semester I. Pembelajaran menulis masih belum banyak mendapat perhatian dari guru. Siswapun masih kurang terbiasa untuk menulis, apalagi menulis cerpen.

Hal ini perlu didefinisikan bahwa kemampuan siswa menulis cerpen masih relatif rendah, indikatornya sebagai berikut : (a) Siswa kesulitan menemukan ide / tema, (b) Kesulitan menambah kalimat pertama untuk memulai menulis dan (c) Siswa sering menulis kalimat kurang padu. Sehingga dapat dirumuskan : Bagaimana metode conference writing dapat membantu siswa menemukan ide / tema. Membantu menemukan kalimat pertama mengawali menulis, dan membantu menggunakan kalimat yang padu dalam menulis cerpen. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen yang berdasarkan pada refleksi kehidupan sehari-hari dengan metode conference writing, khususnya pembelajaran menulis cerpen di lingkungan di SMP Negeri siswa kelas VII semester I. Penelitian ini di rancang secara kualitatif untuk mendapatkan keakuratan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan.

Skor hasil menulis cerpen menggunakan metode conference writing (menulis bersama) dikelompokkan menjadi tiga penilaian , selanjutnya akan dihitung berdasarkan nilai rata-rata atau mean dari skor perolehan siswa tersebut.

Simpulan penelitian ini adalah kemampuan menulis cerpen dengan metode conference writing siswa kelas VII SMP Negeri 2 Candi mengalami peningkatan. Sebelum menggunakan metode conference writingdikategorikan cukup dengan nilai rata-rata 6,90. Sedangkan setelah diadakan peningkatan dengan metode conference writing (menulis bersama) hasilnya meningkat menjadi 7,69 dan putaran ketiga meningkat menjadi 8,46.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan bahwa semua guru diharapkan memberikan pelayanan, motivasi dan mencari kelemahan-kelemahan siswa serta memecahkannya sehingga prestasi siswa akan lebih baik. dan akan mendapatkan metode-metode baru yang berguna untuk meningkatkan prestasi siswa, sehingga perkembangan pendidikan ke depan akan lebih baik.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

MEMINIMALKAN KESULITAN BELAJAR MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS PADA SISWA KELAS VIII SMP DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS ( PTK 163 )

MEMINIMALKAN KESULITAN BELAJAR MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS PADA SISWA KELAS VIII SMP DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS ( PTK 163 )

Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit untuk dipelajari, bahwa tidak menarik dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, hanya sedikit sekali siswa yang menyukainya, ini terbukti dengan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa selalu rendah.

Untuk mengubah pandangan tersebut diperlukan suatu cara yang bisa membuat siswa tertarik untuk mempelajari matematika. Belajar merupakan proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan dan sikap sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya, dengan demikian orang yang belajar merupakan orang yang mengalami sendiri proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran matematika harus dapat dikemas dalam bentuk yang menyenangkan dan melibatkan semua siswa secara aktif, sehingga siswa memperoleh sendiri pengetahuan yang harus dimilikinya.

Penelitian ini bertujuan untuk meminimalkan kesulitan belajar siswa dalam bidang studi matematika, kegiatannya dilaksanakan dalam proses pembelajaran, dengan memaksimalkan keaktifan siswa, guru hanya sebagai fasilitator dan motifator. Dalam pembelajaran konstruktivis siswa belajar dengan mengalami sendiri dan membangun pengetahuan sendiri dari pengalaman yang dialaminya, dan pada akhirnya belajarnya bermakna, bila belajarnya bermakna maka kesulitan belajar siswa teratasi.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, masing-masing siklus terdiri atas tahap Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, Refleksi. Sedangkan pendekatan pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktivis melalui Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang peneliti buat secara berstruktur sehingga siswa bisa membangun pengetahuannya sendiri dengan jalan menyelesaikan LKS secara berkelompok. Adapun data dalam penelitian ini diperoleh dengan nilai tes, observasi dan angket, dimana fungsi dari data yang telah diperoleh sebagai berikut:

- Nilai tes untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

- Observasi untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan

- Angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis.

Kriteria keberhasilan penelitian tindakan ini penulis tentukan sebagai berikut:

Siswa dinyatakan berhasil dalam pembelajaran yang peneliti lakukan jika: (1) Nilai hasil test mencapai ≥ 67,55, (2) Nilai afektif dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran mencapai ≥ 13, (3) Nilai angket untuk mengetahui respons siswa dalam pembelajaran mencapai ≥ 26.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS I DALAM MENGOPERASIONALKAN PENUJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN BANTUAN BENDA-BENDA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS I DALAM MENGOPERASIONALKAN PENUJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN BANTUAN BENDA-BENDA KONGKRIT ( PTK 162 )


Pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga sekolah dan lingkungan. Keberhasilan pendidikan tiga komponen tersebut sangat menentukan. Disamping tiga komponen tersebut, metode atau strategi pembelajaran, alat-alat pembelajaran juga mutlak diperlukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan benda-benda kongkrit mampu meningkatkan kemampuan siswa Kelas I SDN Jimbaran Kulon dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan dengan bantuan benda-benda kongkrit, juga diharapkan bermanfaat bagi siswa, peneliti,maupun orang tua murid. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas terhadap Siswa kelas I SDN Jimbaran Kulon sebanyak 37 siswa yang dilakukan dalam 2 siklus.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menggambarkan masalah sebenarnya yang ada dilapangan kemudian di refleksikan dan dianalisis berdasarkan teori yang menunjang dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dilapangan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui observasi pengamatan diskusi dan evaluasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan dari kegiatan pratindakan, siklus I dan siklus II. Dalam penelitian pratindakan siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 35 % setelah dilakukan tindakan dengan alat bantu benda-benda kongkrit. Ketuntasan belajar siswa dalam siklus I naik menjadi 97 % dilanjutkan siklus selanjutnya seluruh siswa mengalami ketuntasan belajar.



Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa benda-benda kongkrit dapat membantu siswa dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada pembelajaran Matematika Kelas I, sehingga prestasi belajar mengalami kemajuan. Temuan yang lain anak menjadi senang, percaya diri dalam melakukan proses pembelajaran.

Dengan demikian dapat disarankan bahwa pelaksanaan pendidikan hendaknya berwawasan lingkungan karena lingkungan banyak menyediakan alat bantu yang murah, mudah didapat dan mudah dikenal anak

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

PENGGUNAAN MEDIA LIDI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN ( PTK 161 )

PENGGUNAAN MEDIA LIDI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN ( PTK 161 )

Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika di SD adalah kurangnya pengetahuan bagi guru SD, serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan media/alat peraga dalam pembelajaran matematika. Di sisi lain pentingnya media/alat peraga dalam pembelajaran matematika telah diakui oleh semua jajaran pengelola pendidikan dan para ahli pendidikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Krembung I semester I dengan menggunakan media lidi. Adapun model yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah berikut: Pertama, kegiatan awal meliputi: (a) Penjelasan tentang tujuan pembelajaran, (b) Pemberian motivasi pembelajaran, (c) Apersepsi; Kedua, Kegiatan Inti, memuat: (a)Pembentukan kelompok, (b) Pemberian media lidi, (c) Penjelasan singkat tentang cara penggunaan alat, (d) Unjuk kerja, (e) Bermain adu cepat. Ketiga, Kegiatan Akhir, memuat: (a) Pembahasan hasil, (b) Pengecekan keterampilan melalui tanya jawab, (c) Evaluasi, dan (d) Pemberian tindak lanjut berupa pekerjaan rumah. Tujuan pembelajaran dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan media lidi dapat meningkatkan keterampilan siswa menjumlah bilangan bulat.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah 20 siswa kelas IV SDN Krembung I Kabupaten Sidoarjo semester I tahun pelajaran 2006/2007. Teknik pengumpulan data tentang keterampilan siswa menggunakan media pada penjumlahan bilangan bulat, dilakukan melalui tes lesan pada awal pelajaran, observasi, evaluasi proses pada waktu siswa memperagakan media dan evaluasi tertulis pada akhir pembelajaran.

Penelitian ini kami lakukan melalui tiga tahapan tindakan yaitu: menggunakan media lidi secara berpasangan, menggunakan media lidi yang berwarna secara berpasangan dan menggunakan media lidi yang berwarna secara perorangan. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagai berikut: Pertama, hasil evaluasi proses (pada waktu pelaksanaan pembelajaran) keaktifan siswa sangat aktif sebanyak 15%, Kedua, sebanyak 55%, dan Ketiga, sebanyak 98,3%. Penempatan alat tepat dan penggunaan benar sebanyak 20%, 60%, dan 90%. Penggunaan alat tepat dan hasil benar sebanyak 20%, 50% dan 91,5%. Hasil evaluasi tertulis dari 10 soal melalui lembar tes, rata-rata penguasaan materi sebesar 43,5%, 68,5% dan 81,5%. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media lidi, mulai tindakan I, II, dan III menunjukkan peningkatan baik keterampilan, maupun pemahaman subyek penelitian terhadap penjumlahan bilangan bulat.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK


PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DENGAN MEDIA BENDA-BENDA TERDEKAT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD ( PTK 160 )

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DENGAN MEDIA BENDA-BENDA TERDEKAT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD
( PTK 160 )

Berdasarkan hasil ulangan harian pelajaran matematika tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa pembelajaran kurang berhasil. Pada hal menurut informasi guru tersebut dalam pembelajaran sehari-hari sudah dijelaskan secara lisan, sudah diberi contoh-contoh, dan bahkan sudah diberai soal-soal latihan dan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, namun mereka tak memanfaatkan kesempatan tersebut.

Rendahnya penguasaan kemampuan menghitung perkalian dalam pe,belajaran tersebut dikarenakan kurang tepatnya model pembelajaran dan media yang digunakannya. Sehingga siswa menjadi tidak aktif, mudah bosan, dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian diperlukan model pembelajaran dengan media yang tepat. Salah satunya adalah model pembelajaran dengan menggunakan media benda-benda terdekat.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa kelas IV SD Negeri Kludan. Lokasi penelitian ini di SD Negeri Kludan Kec. Tanggulangin dengan Jumlah siswa 49 anak, 25 anak Siswa putri dan 24 anak siswa putra. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara,angket, hasil observasi tindakan, dan hasil evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilakukan berdasar tahapan: (1) menyusun rencana kegiatan, (2) melaksanakan tindakan,(3) observasi, dan (4) analisis yang dilanjutkan dengan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut hasil observasi peneliti pada pra tindakan adalah dalam pembelajaran siswa kurang aktif, mudah jenuh, dan perhatin siswa pada penjelasan guru sangat kecil. Pada tindakan siklus-1 penguasaan materi sebelum pembelajaran diberikan 31%, setelah kegiatan berlangsung aktivitan siswa menunjukkan: siswa aktif 58%, siswa sedang 30% , dan siswa pasif 12%. Kerja sama siswa: siswa aktif 62%, siswa sedang 28%, dan siswa pasif 10%. Sedangkan hasil evaluasi rata-rata 68 dengan siswa tuntas 33 siswa dan belum tuntas 16 siswa. Hasi tindakan pada siklus-2 penguasan materi sebelun tindakan 48%. Setelah tindakan dilakukan aktivitas siswa: siswa aktif78%, siswa sedang 18% dan siswa pasif 4%. Kerja sama siswa: siswa aktif 84%, siswa sedang 14 %, dan siswa pasif 2%. Hasil evaluasi rata-rata 76 dengan siswa tuntas 46 siswa tuntas dan 3 siswa belum tuntas.

Berdasar hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media benda-benda terdekat dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian, meningkiatkan aktivitas siswa,dan meningkatkan kerja sama siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok. Pembelajaran menjadi menyengankan sehingga siswa tak mudah jenuh.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGUNGKAPKAN MONOLOG DESCRIPTIVE LISAN SEDERHANA YANG BERTERIMA SISWA KELAS VIIA SMP MENGGUNAKAN SISTIM ICARE ( PTK 159

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGUNGKAPKAN MONOLOG DESCRIPTIVE LISAN SEDERHANA YANG BERTERIMA SISWA KELAS VIIA SMP MENGGUNAKAN SISTIM ICARE ( PTK 159 )

Kesulitan paling esensi yang penulis alami ketika membelajarkan siswa bahasa Inggris adalah bagaimana cara membelajarkan siswa untuk mengungkapkan bahasa tersebut secara lisan dan berterima. Pada umumnya siswa kurang mampu mengungkapkan bahasa lisan walaupun mereka telah mengalami pembelajaran dalam beberapa bahasan pada siklus lisan. Beberapa cara sudah penulis lakukan antara lain menambahkan waktu belajar khusus berbicara pada setiap hari sabtu melalui ekstrakurikuler conversation, siswa diberi tugas untuk belajar menggunakan bahasa lisan di sekolah atau di rumah secara berkelompok tetapi hasilnya masih kurang memuaskan karena masih 40% siswa belum terampil mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan. Sedangkan 60% lainnya hanya mampu mengungkapkan dengan frekuensi rata-rata dua sampai dengan tiga kalimat saja dan dengan cara menghafalkan tulisan. Inilah fenomena kesulitan yang dialami oleh penulis di dalam membelajarkan siswa di sekolah.

Ketika penulis membaca buku Percikan Perjuangan Guru karya Profesor Surya yang menyatakan tentang perubahan paradigma guru pada abad ke 21, salah satu pernyataannya mampu menyadarkan penulis untuk berkreasi didalam membelajarkan siswa dengan cara yang kreatif, pernyataan tersebut tertulis sebagai berikut: “Guru akan lebih tampil tidak lagi sebagai pengajar (teacher) seperti fungsinya menonjol saat ini, melainkan sebagai: pelatih, konselor, manajer belajar, partisipan, pemimpin, dan pelajar ”, (Surya,2003:334). Lebih mendalam dan rinci pada buku tersebut dijelaskan sebagai berikut: Pada kata pelatih dimaksudkan guru adalah seperti pelatih olah raga yang banyak membantu siswa dalam permainan (game of learning), membantu siswa menguasai alat belajar, memotivasi untuk kerja keras, bekerjasama dengan siswa yang lain. Sebagai konselor, guru akan menjadi sahabat siswa, teladan bagi pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban. Struktur kelas, perlu ditata agar terjadi school within school dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok dalam bimbingan guru. Sebagai manajer, guru akan bertindak seperti manajer perusahaan, membimbing siswa belajar, mengambil prakarsa, ide-ide terbaik yang dimilikinya, namun disisi lain guru merupakan bagian dari siswa yang ikut belajar bersama mereka sebagai pelajar. Guru juga belajar dari teman seprofesinya melalui model team teaching. Pernyataan bijak di atas tentunya perlu diteladani dan dimaknai, artinya guru sebagai pengelolah pembelajaran harus selalu kreatif dan inovatif dalam menentukan stategi pembelajaran yang dapat membantu dan mempermudah siswa dalam belajar untuk mencapai kompetensi. Banyak strategi pembelajaran atau metoda yang ditawarkan agar siswa aktif dan kreatif yang seperti Quantumn Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Contextual Teaching and Learning dan sebagainya.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS BANGUN RUANG MELALUI BENDA KONKRIT SEKITAR SISWA KELAS VI SDN PTK 158

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS BANGUN RUANG MELALUI BENDA KONKRIT SEKITAR SISWA KELAS VI SDN PTK 158

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, simbol-simbol, serta bertujuan untuk melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Anak diharapkan terampil menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kenyataan dilapangan anak-anak banyak mengalami kesulitan terutama kemampuan menghitung luas permukaan bangun ruang. Agar kemampuan menghitung luas di SD dapat ditingkatkan maka dapat memanfaatkan sumber belajar sekitar siswa yang berupa benda-benda konkret. Dengan menggunakan benda-benda konkret anak mampu melakukan aktivitas logis dalam memecahkan masalah, hal itulah sebagai cara untuk mengatasi permasalahan pembelajaran di SDN Candipari II Porong Sidoarjo. .

Penelitian ini menggambarkan peningkatan kemampuan menghitung luas permukaan bangun ruang. Kegiatan yang dilaksanakan memanfaatkan benda-benda konkret sekitar siswa, dalam proses pembelajaran. Selain itu mengidentifikasi kesulitan siswa untuk pemecahan masalah. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas di kelas VI SDN Candipari II Porong Sidoarjo. Data dari penelitian ini diperoleh dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam pelaksanaannya penelitian ini melibatkan teman lain sebagai pengamat dan berkolaborasi dengan teman sejawat lainnya. Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan dengan tiga siklus tindakan dan fokus yang berbeda. Siklus (1) dititik beratkan pada peningkatan kemampuan menghitung luas permukaan kubus, (2) peningkatan kemampuan menghitung luas permukaan balok, (3) keterampilan menghitung luas permukaan bangun ruang dengan bermain. Setiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan: perencanaan, pemberian tindakan, melakukan observasi, pembuatan analisis dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Dengan melalui benda-benda konkret sekitar siswa kemampuan siswa dalam berinteraksi dapat ditingkatkan sehingga suasana kelas hidup. (2) Kegiatan pembelajaran yang memberi kebebasan siswa untuk memanipulasi sumber belajar yakni dengan benda-benda konkret dapat meningkatkan kemampuan mengukur panjang dan menghitung luas permukaan bangun ruang, serta anak lebih aktif, kreatif. (3) Kegiatan pembelajaran dengan melalui benda-benda konkret sekitar siswa sesuai dengan karakter pembelajaran matematika, dan sesuai dengan kesiapan daya pikir anak sehingga kemampuan menghitung luas permukaan kubus dan balok dapat ditingkatkan.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

PENGGUNAAN PENDEKATAN KUIS TIM UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB INDIVIDU DALAM KELOMPOK BELAJAR SISWA AKUNTANSI-1 DI SMKN ( PTK 157 )

PENGGUNAAN PENDEKATAN KUIS TIM UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB INDIVIDU DALAM KELOMPOK BELAJAR SISWA AKUNTANSI-1 DI SMKN ( PTK 157 )

Pengembangan diri melalui pembelajaran aktif dengan penggunaan pendekatan Kuis tim ini lebih memusatkan pada keragaman kegiatan siswa dalam kelompok belajar yang dinamis, mulai dari pemahaman konsep materi pembelajaran, membuat pertanyaan merancang kegiatan kelompok, pembagian tugas anggota kelompok, merencanakan presentasi sampai pada pemberian penghargaan berupa score dan penobatan kelompok terbaik pada setiap sesi. Oleh sebab itu , penggunaan model pembelajaran aktif dengan pendekatan kuis tim ini diharapkan dapat mengatasi masalah masalah pengembangan diri ,utamanya masalah tanggung jawab siswa dalam hubungannya dengan kelompok belajarnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam penyelesaian tugas –tugas belajarnya secara kelompok , dalam rangka proses pengembangan diri.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III Akuntansi – 1 SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006 – 2007.Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang dalam 2 Siklus, masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Rencana tindakan beserta instrumen penelitian ( SAP, bahan ajar,lembar observasi,dan angket ) disiapkan oleh peneliti. Dalam pelaksanaan tindakan di kelas peneliti bertindak sebagai guru pembimbing sekaligus pengamat. Hasil tindakan dalam suatu siklus yang berupa keaktifan siswa, serta kemajuan – kemajuan aspek kepribadian dan pengembangan diri siswa, dievaluasi sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan tindakan dalam siklus berikutnya. Materi yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah model pembelajaran aktif kuis tim dan implementasinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran aktif dengan pendekatan Kuis Tim dapat meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok belajar. Peningkatan tanggungjawab tersebut dapat diketahui dari makin aktifnya siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam presentasi kelompok, semangat bersaing secara sehat dalam kelompok dan membangun kekompakan kelompok. Model pembelajaran melalui pendekatan ini mendapat respon positif dari seluruh siswa dengan idikator hasil analisa angket pada akhir sesi, dan meningkatnya penyelesaian tugas-tugas dan unjuk kerja.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IRISAN BIDANG DENGAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI ( PTK 156 )

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IRISAN BIDANG DENGAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI ( PTK 156 )

Pembelajaran Matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa. Disamping itu proses belajar mengajar hampir selalu berlangsung dengan metode “chalk and talk” guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas (Somerset, 1997 dalam Sodikin, 2004:1).

Pembelajaran matematika sering diinterpretasikan sebagai aktivitas utama yang dilakukan guru, yaitu guru mengenalkan materi, mungkin mengajukan satu atau dua pertanyaan, dan meminta siswa yang pasif untuk aktif dengan memulai melengkapi latihan dari buku teks, pelajaran diakhiri dengan pengorganisasian yang baik dan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan sekenario yang serupa.

Kondisi di atas tampak lebih parah pada pembelajaran geometri. Sebagian siswa tidak mengetahui mengapa dan untuk apa mereka belajar konsep-konsep geometri, karena semua yang dipelajari terasa jauh dari kehidupan mereka sehari-hari. Siswa hanya mengenal objek-objek geometri dari apa yang digambar oleh guru di depan papan tulis atau dalam buku paket matematika, dan hampir tidak pernah mendapat kesempatan untuk memanipulasi objek-objek tersebut. Akibatnya banyak siswa yang berpendapat bahwa konsep-konsep geometri sangat sukar dipelajari (Soedjadi, 1991 dalam Sodikin 2004:2).

Pada umumnya, sekelompok siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit difahami. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, siswa kurang memiliki pengetahuan prasyarat serta kurang mengetahui manfaat pelajaran matematika yang ia pelajari. Kedua, daya abstraksi siswa kurang dalam memahami konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak.

Dalam mengajarkan matematika, sebaiknya diusahakan agar siswa mudah memahami konsep yang ia pelajari, sehingga siswa lebih berminat untuk mempelajarinya. Jika sekiranya diperlukan media atau alat peraga yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika, maka seyogyanya guru menyiapkan media atau alat peraga yang diperlukan.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN TENTANG LUAS BANGUN MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DAN KUIS PADA SISWA KELAS VIA SDN ( PTK 155 )

PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN TENTANG LUAS BANGUN MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DAN KUIS PADA SISWA KELAS VIA SDN ( PTK 155 )

Pembelajaran Matematika yang disajikan dengan ceramah dan latihan-latihan individual sering tidak disukai oleh para siswa. Akibatnya hasil belajar selalu di urutan paling bawah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Padahal ilmu matematika memiliki peranan sangat strategis dalam berbagai kehidupan. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan dapat meningkatkan hasil belajar, maka perlu adanya perubahan pembelajaran yang menarik yaitu menerapkan pembelajaran model kooperatif STAD dan kuis.

Rumusan masalah yang diajukan: (1) Bagaimanakah pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun lebih bersemangat? (2) Bagaimanakah bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat ?.

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan subyek 26 orang siswa SDN Sadang kelas VIA. Pengambilan data menggunakan metode observasi, angket, tes tulis dan perbuatan, serta dokumentasi. Penelitian dilakukan dengan tiga siklus. Setiap siklus dilakukan perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan secara berurutan berupa: pembelajaran klasikal, pembelajaran kelompok membuat soal dan jawaban model STAD, dan kuis. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan I pembelajaran klasikal, kerja kelompok, dan unjuk kerja kelompok dalam bentuk kuis. Pertemuan II melanjutkan unjuk kerja kelompok dalam kegiatan kuis dan evaluasi hasil belajar.

Hasil penelitian pada siklus I, aktifitas pembelajaran klasikal hanya mencapai 54,22%. Hal ini belum mencapai peningkatan proses pembelajaran yang diharapkan yaitu 60-70%. Namun pada proses pembelajaran kelompok telah mencapai 91,66% dengan target 70-80%, dan kuis mencapai 74,82% dengan target 70-80%. Sedangkan hasil belajar hanya mencapai 66,66% siswa mencapai nilai 60 - >60 dengan rerata nilai 65 sedangkan target yang ditentukan 100% tuntas mencapai nilai 60 - >60.

Untuk meningkatkan proses pembelajaran klasikal pada siklus II setiap siswa diberi peraga beberapa bangun datar untuk dibentuk menjadi berbagai gabungan bangun dalam membuat soal. Pada Siklus II terjadi peningkatan proses pembelajaran klasikal menjadi 66,15% karena mulai ada 4 orang siswa bertanya dan 20 orang siswa mencatat, di mana pada siklus I tidak ada siswa yang bertanya dan mencatat. Proses Pembelajaran kelompok meningkat menjadi 92,85%. Dan Pembelajaran kuis meningkat menjadi 86,16%. Sedangkan hasil belajar mencapai rerata 72,3% dengan 76,92% siswa mencapai 60 - >60. Dalam proses penyampaian soal kuis menunjukkan soal-soal yang dikemukakan siswa cukup rumit, karena berupa berbagai gabungan bangun datar yang bermacam-macam. Pada Siklus III selain ada peraga untuk setiap siswa, untuk dapat menemukan rumus luas bangun ruang berdasarkan rumus luas bangun datar yang telah dikuasai siswa, juga ditambah dengan pemberian tugas rumah berupa latihan-latihan. Hal ini disebabkan kompetensi yang harus dikuasai semakin sulit. Pada siklus III terjadi peningkatan proses pembelajaran klasikal yang cukup tinggi menjadi 84,61%. Hal ini disebabkan semakin banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 10 siswa dan mencatat sebanyak 26 siswa. Proses Pembelajaran kelompok meningkat menjadi 97,61%, dan proses kegiatan kuis meningkat menjadi 92,77%. Sedangkan hasil belajar mencapai rerata 79,61% dengan 100% siswa mencapai nilai 60 - >60. Dengan demikian semua target yang ditetapkan telah tercapai.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI DENGAN MENGGUNAKAN ROLE PLAY ( PTK 154 )

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI DENGAN MENGGUNAKAN ROLE PLAY ( PTK 154 )

Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang termasuk dalam program pilihan yang ditawarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006 bagi siswa SMA.

Pemerolehan bahasa asing pada siswa SMA masih tergolong baru, sehingga materi pelajaran yang diperoleh masih sangat sederhana, yakni tentang perkenalan dan kehidupan di sekolah. Materi tersebut memang kurang menarik jika dibandingkan dengan pemerolehan bahasa Inggris yang sudah mereka pelajari sejak di bangku taman kanak-kanak bahkan play group. Ketidaktertarikan siswa terhadap pembelajaran juga didukung adanya kondisi siswa yang masuk program bahasa, hanya tiga orang dari 17 siswa yang murni memilih kelas propram bahasa sedangkan lainya karena tidak lulus kriteria masuk kelas program IPA maupun IPS. Kondisi seperti ini menimbulkan berbagai kendala, misalnya siswa yang pasif, hanya memilih diam dan kurang motivasi.

Kendala-kendala yang terjadi memotivasi peneliti untuk mengadakan sebuah penelitian dengan harapan dapat memberi variasi pembelajaran. Peneliti mencobakan teknik Role play untuk mengatasi kendala tersebut. Role Play memang mempunyai daya tarik tersendiri. Banyak hal yang dipelajari oleh siswa sebelum role play dilaksanakan. Pertama siswa menyiapkan sebuah narasi. Disinilah siswa belajar memproduksi kalimat, secara tidak langsung siswa belajar memilih kosakata yang tepat, menggunakan tatabahasa yang benar serta melafalkan ujaran dengan tepat, di samping belajar bermain peran yang bermanfaat untuk latihan tampil percaya diri didepan kelas.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Bahasa SMAN 3 Sidoarjo, dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan 3 siklus. Setiap siklus membutuhkan dua kali pertemuan dan setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketertarikan siswa terhadap Bahasa Jerman mulai meningkat. Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi melalui pengamatan visual maupun hasil perekaman. Dengan role play perbendaharan kosakata siswa meningkat, begitu juga dengan penggunaan tatabahasanya. Semakin banyak kosakata yang dimiliki, dan semakin terampil menggunakannya dalam kalimat, maka mereka akan semakin terampil berbicara.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK

MENINGKATKAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM) DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLOS SISWA KELAS XI IPA 2 SMA ( PTK 153 )

MENINGKATKAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM) DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLOS SISWA KELAS XI IPA 2 SMA ( PTK 153 )

Kecepatan efektif membaca mempunyai peranan yang sangat penting, karena dengan membaca cepat dan kemampuan memahami bacaan yang berkualitas seseorang bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kebiasaan membaca bahasa Indonesia yang kurang baik berdampak negatif pada tingkat keterbacaan seseorang atau seorang siswa. Untuk mengatasi hal tersebut sangat dibutuhkan usaha dan kreatifitas guru. Penerapan metode Klos dalam pembelajaran membaca merupakan salah satu upaya memecahkan masalah tersebut. Tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan menggunakan metode klos siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo

Penelitian tindakan kelas ini mengambil setting di SMA Negeri 3 Sidoarjo kelas XI IPA 2, dengan jumlah siswa 40 siswa. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui tiga siklus. Sebelum siklus I dilaksanakan perlu adanya pra tindakan yaitu identifikasi tentang metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM), kemudian dilaksanakan siklus I sebagai penerapan metode klos, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos, dan siklus III sebagai tahap pemantapan. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif yaitu digunakan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan siswa dan guru selama berlangsungnya pembelajaran di kelas, dan analisis kuantitatif yang digunakan terhadap hasil tes Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa dengan menggunakan metode klos.

Hasil penelitian pada siklus I tingkat keterbacaannya masih rendah, karena kecepatan efektif membaca rata-rata 87 kpm dengan tingkat Independen 18 %, tingkat Instruktional 38 % dan pada frustasi 44 %.

Pada siklus II hasil penelitian mengalami perubahan positif yaitu kecepatan efektif membaca rata-rata 150 kpm dengan tingkat Independen 78 %, tingkat Instruksional 18 %, dan tingkat frustasi 4 %.

Hasil penelitian pada siklus III mengalami pemantapan yaitu rata-rata Kecepatan Efektif Membaca (KEM) 210 kpm dengan tingkat independen 100 %.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode klos dapat meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa.

DOWNLOAD FILE LENGKAP PTK